Rabu, 14 Oktober 2009

Sebait Sajak Di Antara Untaian Debu

Aku menemuimu
Di sisi badai dan kekelaman kabut
Lalu kita bercerita
Tentang seberapa tebal debu yang menghujam tubuh

Rongga ini hanyalah sebuah ruang
Yang kadang memompa hati kita di persimpangan
Mencoba mengejar bait-bait mimpi
Walau kadang itu hanyalah sebuah fakta fatamorgana

Lalu akan kubasuh sayatan-sayatan dukamu
Lewat tatapan mata dan sebidang bahu
Yang dapat kau singgahi
Meski terkadang kita lupa
Kekelaman adalah sebuah batu cadas
Untuk menempuh kemaknaan hidup

Akhirnya...
Bersabarlah kita
Menyusuri telapak-telapak kehidupan
Yang pernah kita bersama memahatnya

Malam memekat
Hanya segaris bayang mengaburkan pandangan
Kaupun tertidur
Dalam damai dan ketenangan di sisi pembaringanku

Membakar Surga, Menghanguskan Neraka

Aku ingin bersujud kepada-Mu dengan penuh linangan kalbu
Menebarkan pancaran suci yang memancar dari relung jiwa yang terdalam

Wahai Sang Maha Pencipta Mayapada
Mengapa Kau menghadirkan keindahan tak terkira dalam surga?
Mengapa Kau menajamkan kepedihan tak terperi di neraka?
Karena semua itu membuat manusia berpamrih

Aku di sini duduk bersimpuh pada_mu
Aku di sini menyembah membumbungtinggikan Nama-Mu
Aku di sini (masa lalu, saat ini, dan hingga akhir hayat)
Aku selalu melakukan perintah-Mu dengan sesempurna sebuah untaian ketulusan

Maka jika aku boleh memilih
Akan membakar surga
Akan kuhancurkan neraka
Agar kami bertaqwa kepada-Mu tanpa belasan pamrih

Mungkin Kau tertawa melihatku
Yang hanya memiliki secipak bening genangan sukma
Dan semoga lafadz salam penutup doaku
Berhembus bersama helaian angin semilir